KOTA TANGERANG — Menjelang pergantian tahun 2025 menuju 2026, Ketua Presidium Jaringan Rakyat (PIJAR), Haerul Herdiyansyah, mengajak masyarakat untuk melakukan refleksi diri melalui introspeksi dan muhasabah sebagai bekal memperbaiki kualitas kehidupan ke depan.
Haerul menjelaskan bahwa introspeksi merupakan proses perenungan terhadap apa yang telah dilakukan, baik kemarin, minggu lalu, bulan lalu, hingga sepanjang tahun yang telah dilalui. Menurutnya, evaluasi diri menjadi kunci agar seseorang mampu melangkah lebih baik di masa mendatang.
“Introspeksi atau koreksi diri adalah upaya melihat kembali apa saja yang telah kita lakukan, untuk kemudian diperbaiki agar ke depan menjadi pribadi yang lebih baik,” ujar Haerul.
ADVERTISEMENT
Advertesment
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia menambahkan, muhasabah memiliki makna yang lebih dalam dibanding sekadar introspeksi. Muhasabah, kata dia, berada dalam koridor religius, bukan hanya berkaitan dengan hubungan antar manusia, tetapi juga hubungan seorang hamba dengan Sang Khalik.
“Bermuhasabah berarti membersihkan diri dari kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat, sekaligus mengevaluasi sejauh mana hubungan kita dengan Allah SWT,” jelasnya.
Haerul menegaskan bahwa sujud dan kepasrahan kepada Allah SWT merupakan hal yang sangat bersifat pribadi. Namun, implementasi dari kedekatan spiritual tersebut dapat terlihat nyata dalam perilaku sehari-hari.
“Indikator kedekatan kepada Allah itu tercermin dari perbuatan, sikap, tutur kata, kesabaran, serta cara kita memperlakukan sesama,” tuturnya.
Lebih lanjut, Haerul menyampaikan bahwa aktivitas keagamaan seperti rajin ke rumah ibadah, majelis taklim, maupun mengikuti berbagai pengajian merupakan hal yang baik dan bahkan wajib. Namun demikian, ia mengingatkan bahwa ritual semata tidak cukup jika tidak diiringi dengan akhlak yang baik dalam kehidupan sosial.
“Allah SWT tidak hanya kita temui di rumah ibadah. Jika perbuatan dan sikap kita terhadap sesama tidak mencerminkan nilai yang Allah cintai, maka ibadah itu hanya terlihat di permukaan,” ungkapnya.
Menurut Haerul, keberadaan Allah SWT sesungguhnya sangat dekat dengan setiap manusia.
“Allah itu ada dalam diri kita, bahkan lebih dekat dari urat nadi. Maka refleksi akhir tahun ini hendaknya menjadi momentum untuk memperbaiki diri secara lahir dan batin,” pungkasnya.
Ia berharap, memasuki tahun 2026, masyarakat tidak hanya membawa resolusi duniawi, tetapi juga peningkatan kualitas iman, akhlak, dan kepedulian sosial demi kehidupan yang lebih harmonis.
Penulis : abdul
Editor : pjm
Sumber Berita : duadimensi.com





























