Oleh : Agus M Yasin.SH, Sekertaris KP3
PURWAKARTA – Pendidikan hari ini bukan lagi ruang belajar yang merdeka, melainkan panggung drama yang nasibnya ditentukan oleh mood pejabat.
Kalau pejabat sedang “semangat inovasi” lahirlah aturan baru, kalau pejabat sedang “bingung arah” kebijakan pun ikut berputar-putar. Sekolah, guru, dan murid hanyalah penonton setia yang dipaksa menanggung segala akibat.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Aturan datang bertubi-tubi, kadang saling tumpang tindih, kadang sekadar menambah beban administratif. Pendidikan bukan dibimbing, melainkan ditekan “berbagai cara”, dari birokrasi yang mencekik sampai kebijakan yang berubah secepat cuaca.
Dan tekanan internal seolah belum cukup, hadir pula gangguan dari pihak-pihak eksternal. Mulai dari intervensi politik, kepentingan bisnis, hingga praktik yang menjadikan sekolah lebih mirip pasar ketimbang taman ilmu.
Kalau begini, jangan heran bila generasi kita justru lebih terlatih menyesuaikan diri dengan kebingungan ketimbang dilatih berpikir jernih.
Pendidikan ditekan dari dalam, diganggu dari luar, dan diarahkan sesuai mood pejabat. Maka jadilah ia sebuah ironi: sistem yang katanya membangun masa depan, tapi justru menghancurkan harapan.
Penulis : Asep Budiman
Editor : Hery Lubis