JAKARTA – Industri transportasi online di Indonesia telah tumbuh pesat dalam 10 tahun terakhir. Namun, di balik pertumbuhan itu, kondisi kerja para pengemudi ojek online (ojol) masih jauh dari kata layak. Aturan sepihak dari perusahaan aplikasi, beban kerja tinggi, serta minimnya perlindungan sosial menjadi kenyataan sehari-hari yang terus dihadapi ribuan driver.
Di tengah situasi tersebut, Serikat Pengemudi Transportasi Indonesia (SEPETA) mengambil bagian dalam forum diskusi bertema “Studi Perlindungan dan Hak Pekerja di Industri Platform Digital” yang digelar di Jakarta pada 6 September 2025.
Sebanyak 25 orang anggota yang terdiri dari bekasi Tangerang dan jakarta dan pengurus SEPETA hadir untuk mendalami isu-isu mendasar yang menyangkut kehidupan dan masa depan pekerja transportasi online.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Membaca Kondisi Riil di Lapangan
Forum ini menjadi kesempatan bagi SEPETA untuk memetakan persoalan yang benar-benar dihadapi oleh driver. Mulai dari algoritma kerja yang tidak transparan, sistem orderan yang berubah-ubah, hingga risiko kecelakaan kerja yang tinggi tanpa jaminan perlindungan yang memadai.
Toyang, Ketua SEPETA, menegaskan bahwa forum ini bukan hanya soal berbagi pengalaman, tetapi juga membangun kesadaran kolektif.
“Sistem kerja yang dijalankan aplikasi saat ini betul-betul tidak sepadan dengan hak dan risiko yang diterima driver online di Indonesia. Forum seperti ini penting untuk menyatukan pandangan kita. Kita butuh persatuan, kita butuh alat perjuangan,” ujarnya.
Mendesak Berserikat
Hal senada juga disampaikan oleh Sekretaris SEPETA, Dede Rohidayat, yang menekankan bahwa saat ini penyadaran tentang pentingnya berserikat tidak bisa ditunda lagi.
“Proses penyadaran ojol untuk berserikat adalah kebutuhan mendesak. Tanpa itu, sulit bagi kita memperjuangkan pengakuan sebagai pekerja sekaligus memperoleh perlindungan. Berserikat adalah jalan bagi kita untuk memperjuangkan hak, keselamatan, dan masa depan,” ungkapnya.
Suara Anggota di Lapangan
Selain pengurus, para anggota yang hadir juga memberikan pandangan dari pengalaman mereka sehari-hari di jalan. Salah satu anggota, Riszki menceritakan bagaimana ketidakpastian orderan membuat banyak driver sulit mengatur waktu kerja maupun pendapatan.
“Hari ini orderan bisa ramai, besok tiba-tiba sepi padahal kita sudah kerja dari pagi. Sistem order yang tidak pasti membuat kami sering bingung dan tertekan. Kalau tidak bersatu, masalah ini akan terus jadi beban sendiri-sendiri,” katanya.
Sementara itu, Omeh salah satu driver perempuan yang hadir, menyoroti soal kerentanan pengemudi perempuan terhadap pelecehan seksual.
“Sebagai perempuan, saya sering mengalami pelecehan dari penumpang maupun pengguna jalan. Kita bekerja tanpa perlindungan memadai, dan situasi ini sangat berisiko. Inilah alasan saya ikut SEPETA, karena kita butuh ruang aman dan wadah untuk melawan,” tegasnya.
Komitmen Perjuangan
Kehadiran SEPETA dalam forum ini sekaligus menegaskan komitmen organisasi untuk memperkuat posisi pengemudi online di tengah derasnya arus digitalisasi.
Bagi SEPETA, perjuangan tidak berhenti pada keluhan, melainkan harus diarahkan pada penyusunan strategi bersama, membangun persatuan, serta meneguhkan langkah perjuangan di tingkat nasional.
Forum ini menjadi langkah nyata bahwa suara pengemudi transportasi online tidak bisa diabaikan.
Di balik layar industri platform yang terus menggurita, ada ribuan driver yang menuntut keadilan, pengakuan, dan perlindungan sebagai pekerja.
Penulis : abdul
Editor : pjm
Sumber Berita : duadimensi.com